Niat Puasa : Di Bulan Ramadhan. Syarat, Rukun Dan Hikmah

Niat Puasa – Saat menunaikan ibadah puasa Ramadan, umat Muslim wajib menahan diri dari lapar, dahaga, serta aneka perbuatan yang dapat membatalkan, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari (magrib).

niat puasa di bulan ramadhan
Sumber

Tentunya hal ini untuk meningkatkan ketakwaan seorang Muslim. Pengertian serupa juga dijelaskan dalam kitab Subul al-Salam, yang berbunyi:

“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (bercampur dengan istri) dan lain-lain yang telah diperintahkan kepada kita untuk menahannya, sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan.

Demikian pula diperintahkan menahan diri dari ucapan yang diharamkan atau dimakruhkan, karena ada hadis-hadis yang melarang hal itu, itu semua berdasarkan waktu dan syarat-syarat yang telah ditetapkan.”

Secara harfiah, ibadah puasa Ramadan dilakukan sepanjang bulan suci Ramadan, dengan jumlah sekira 29 hingga 30 hari.

Ibadah puasa Ramadan merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib dikerjakan umat Islam. Perintah berpuasa ini tertera dalam surah Al-Baqarah ayat 185:

“Barangsiapa di antara kamu yang menyaksikan bulan [Ramadan], maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).

Setiap muslim yang mengerjakan puasa harus menunaikan dua rukun puasa, yaitu niat puasa dan menahan diri dari pembatalnya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Kewajiban niat ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya amal perbuatan disertai dengan niat-niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang telah mereka niatkan,” (H.R. Bukhari).

Selain kewajiban niat, terdapat juga sunah-sunah lain yang dapat dikerjakan untuk melengkapi kemuliaan bulan suci Ramadan, seperti mendirikan salat tarawih di malam harinya, merutinkan membaca Alquran, dan membaca doa ketika akan bersahur.

Pilihan Editor :

Niat Puasa Ramadan

Berniat sebelum melakukan ibadah wajib merupakan suatu keharusan, termasuk puasa Ramadan. Niat ini menunjukkan kejelasan ibadah yang akan ditunaikan. Hukumnya wajib, meskipun hanya dalam hati.

Sementara itu, menurut ulama mazhab Syafi’i, pelafalan niat sangat dianjurkan. Berikut bacaan niat puasa ramadhan dalam bahasa Arab, latin beserta artinya dalam terjemahan bahasa Indonesia:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: “Nawaitu shauma ghadin an’adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita’ala” Artinya: “Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala.”

Bacaan Doa Sahur Berbeda dengan niat puasa yang hukumnya wajib, bersahur merupakan ibadah sunah.

Artinya, yang mengerjakannya mendapat pahala, sementara tidak berdosa jika meninggalkannya. Kendati demikian, Nabi Muhammad SAW amat menganjurkan umatnya untuk bersahur karena keutamaannya yang demikian besar

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-Khudri RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

“Sahur sepenuhnya mengandung berkah. Maka itu, jangan kalian meninggalkannya meskipun kalian hanya meminum seteguk air karena Allah dan malaikat bersalawat untuk mereka yang bersahur,” (H.R. Ahmad).

Syarat Wajib Puasa Ramadan

  • Mempunyai keyakinan Islam atau beragama Islam.
  • Telah melalui masa baligh atau telah mencapai umur dewasa.
  • Mempunyai akal.
  • Sehat jasmani dan rohani.
  • Bukan seorang musafir atau sedang melakukan perjalanan jauh.
  • Suci dari haid dan nifas.
  • Mampu atau kuat melaksanakan ibadah puasa Ramadan.

Niat Puasa, Rukun dan Sunah Puasa Ramadan

Niat

Niat dan doa di bulan Ramadan merupakan tahapan penting dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan. Niat dilakukan sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Niat doa puasa Ramadan diucapkan sebelum fajar tiba. Beberapa hadis menjelaskan bahwa niat bisa diucapkan malam harinya sebelum sahur atau setelah salat tarawih.

Menahan diri

Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lain yang membatalkan puasa. Agar puasa yang dilakukan tidak sia-sia.

Hal yang Disunahkan ketika Berpuasa

  • Sahur.
  • Segera berbuka saat waktu buka puasa.
  • Membaca doa buka puasa.
  • Berbuka dengan yang manis-manis.
  • Memberi makan pada orang yang berbuka.
  • Memperbanyak ibadah, berderma, dan masih banyak lagi.

Hal yang Makruh Saat Berpuasa

  • Berbekam.
  • Mengulum sesuatu di dalam mulut.
  • Merasakan makanan dengan lidah, contohnya saat memasak dan mencicipnya.
  • Memakai wangi-wangian.
  • Bersiwak atau menggosok gigi saat terkena terik matahari.
  • Berkumur di luar kumur wudu.

Hal-hal yang Memperbolehkan untuk Tidak Berpuasa atau Membatalkan Puasa

  • Dalam perjalanan jauh.
  • Orang tua berusia lanjut.
  • Dalam keadaan sakit.
  • Wanita menyusui dan hamil.

Niat Puasa, Hikmah di Balik Puasa Ramadhan

Berikut adalah beberapa hikmah di balik puasa Ramadhan yang kami sarikan dari beberapa kalam ulama. Semoga bermanfaat.

Menggapai Derajat Takwa

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Ayat ini menunjukkan bahwa di antara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa dan puasa adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam berbagai hal berikut.

Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu dia meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya hati sangat condong dan ingin melakukannya.

Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk takwa.

Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah.

Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Dan ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa.[1] Inilah sebagian di antara bentuk takwa dalam amalan puasa.

Hikmah di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia

Di dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan berbagai syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan karena Allah. Dalam hadits qudsi[2], Allah Ta’ala berfirman,

يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

 “Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”.[3]

Di antara hikmah meninggalkan syahwat dan kesenangan dunia ketika berpuasa adalah:

Pertama, dapat mengendalikan jiwa. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, kepuasan ketika berhubungan dengan istri, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Sehingga dengan berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.

Kedua, hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi

Serta terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah.

Oleh karena itu, apabila hati tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum ketika berpuasa

Hati pun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin mudah untuk tafakkur (merenung) serta berdzikir pada Allah.

Ketiga, dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan semakin tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu yang sering merasakan rasa lapar.

Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya pun gemar berbagi dengan mereka yang tidak mampu.

Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

 “Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.”

Jadi puasa dapat menenangkan setan yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa marah.

Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang yang memiliki keinginan untuk menikah namun belum kesampaian

Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik

Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

 “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.”

Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari rasani orang lain (baca: ghibah), dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.

Kesempatan untuk Saling Berkasih Sayang dengan Si Miskin dan Merasakan Penderitaan Mereka

Puasa akan menyebabkan seseorang lebih menyayangi si miskin. Karena orang yang berpuasa pasti merasakan penderitaan lapar dalam sebagian waktunya. Keadaan ini pun ia rasakan begitu lama.

Akhirnya ia pun bersikap lemah lembut terhadap sesama dan berbuat baik kepada mereka. Dengan sebab inilah ia mendapatkan balasan melimpah dari sisi Allah.

Begitu pula dengan puasa seseorang akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin, fakir, yang penuh kekurangan.

Orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan dahaga sebagaimana yang dirasakan oleh mereka-mereka tadi. Inilah yang menyebabkan derajatnya meningkat di sisi Allah.

inilah beberapa hikmah syar’i yang luar biasa di balik puasa Ramadhan. Oleh karena itu, para salaf sangatlah merindukan bertemu dengan bulan Ramadhan agar memperoleh hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Sebagian ulama mengatakan, “Para salaf biasa berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sisanya mereka berdoa agar amalan-amalan mereka diterima”

Tinggalkan komentar